Oleh:
Moch. Ari Nasichuddin, S. Kom**
Mungkin
Anda sudah pernah mengenal dengan kata “Ideologi”. Kata ini
pernah dikenalkan dalam sekolah formal tepatnya tingkat SMP hingga
SMA. Tapi penulis berasumsi pasti kata ini hanya lewat saja dalam
pikiran karena memang sejauh pengalaman penulis dalam tingkat sekolah
SMP-SMA, tidak ada mata pelajaran yang secara khusus mendalami ini.
Benar?
Mari
kita coba pelajari pelan-pelan. Wikipedia, situs ensiklopedia bebas
mengatakan Ideologi dapat diartikan sebagai ide atau gagasan.
Penafsiran lain diutarakan beberapa tokoh dunia salah satunya
Machiavelli.
Filsuf dari Italia ini mengatakan Ideologi
adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
Karl Marx, filsuf dan salah satu pengarang buku Manifesto
Komunis
mengartikan Ideologi
merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.
Sedangkan Taqiyuddin
An-Nabhani, tokoh muslim dari Palestina mengartikan, Mabda’
(ideologi) adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan.
Dan
penulis akan mencoba menyederhanakan dengan mengatakan: ideologi
merupakan suatu dasar/ide yang dimiliki manusia, yang menjadi dasar
untuk menjalani aktivitasnya selama hidup. Biasanya sebuah nama
ideologi mempunyai akhiran “-isme”. Atau bisa kita bahasakan
ideologi = kepentingan.
Kita
pasti sadar bahwa dunia yang sedang kita pijak sudah mempunyai umur
yang lama. Pastinya banyak ideologi yang lahir di bumi yang sudah tua
ini. Apa saja ideologi itu? Ada beberapa peta ideologi di dunia ini,
dan penulis akan mencoba mengenalkan kepada Anda, jika tertarik pada
salah satu silakan dalami atau kita diskusi secara khusus di lain
waktu. Karena makalah ini tidak akan membahas ideologi satu per satu
dengan rinci. Penulis melalui makalah ini akan berusaha mengenalkan
kepada Anda, apa itu Ideologi? Untuk apa Ideologi? Dan apa
pengaruhnya bagi kita sebagai mahasiswa khususnya aktivis pers
mahasiswa?
Secara
umum peta ideologi di dunia dibagi menjadi dua sisi, yakni kanan dan
kiri. Penyebutan ini mengacu dari pengaturan tempat duduk legislatif
pada masa revolusi perancis. Kala itu, kaum berideologi sosialis,
marxis, dan komunis bertempat di sebelah kiri. Itu lah kenapa
ideologi ini sering dinamakan ideologi kiri dan organisasi yang
memakai ideologi ini disebut organisasi kiri. Sedangkan kaum
berideologi konservatif, liberal, agama, kapitalis, sering disebut
kelompok kanan kala itu. Ideologi ini pun dikatakan kanan, atau
ideologi kanan. Peta ideologi tersebut tidak tetap, masih bisa
diperdebatkan sesuai argumen masing-masing. Penulis sendiri memaknai
peta ideologi sebagai alat dalam memetakan kecenderungan tindakan
dari sebuah ideologi.
Tidak
semua ideologi akan penulis jabarkan, hanya beberapa saja. Ideologi
ini kemungkinan besar akan sering banyak dibahas dan disebut dalam
ruang sosial kita; Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme, Liberalisme.
Pertama
adalah Sosialime. Ideologi ini mempunyai misi membentuk kondisi
masyarakat sama rasa sama rata. Kepentingan bersama menjadi titik
tekan pada ideologi ini. Masyarakat sosialis, mengkritik privatisasi
alat produksi yang biasanya terjadi pada negara kapitalis. Ide
sosialisme juga menjadi dasar terwujudnya ideologi baru, contohnya
Komunisme.
Ajaran
Komunisme mengacu pada buku berjudul Manifesto
Komunis
karya Karl Marx dan Friedrich
Engels.
Ciri-ciri masyarakat komunis diantaranya adalah penghapusan
penguasaan alat produksi atas kepemilikan pribadi dan mengalihkan
kekuasaan itu kepada masyarakat luas. Masyarakat komunis menegaskan
negara mesti mempunyai peran dalam proses menguasai alat produksi.
Dengan begitu segala hal yang ada dalam negara tersebut, seperti alat
produksi, hasil bumi, dan lain sebagainya dapat diperuntukkan
seluas-luasnya untuk kepentingan masyarakat. Usaha yang dilakukan
kaum komunis di atas adalah wujud menuju masyarakat sosialistik.
Selanjutnya
Kapitalisme, ideologi ini bisa dimaknai sebagai sistem sosial yang
menekankan peran kapital (modal) berbasiskan pengakukan hak-hak milik
individu. Prinsip dasar kapitalisme mengacu pada kebebasan individu,
kepentingan diri, dan pasar bebas.
Prinsip
kebebasan individu dalam Kapitalisme inilah yang menjadi menjadi
dasar kenapa terwujudnya Kapitalisme selalu dibarengi dengan
terwujudnya Liberalisme. Liberalisme sendiri merupakan ideologi yang
menekankan kebebasan dan meminimalisir akses pemerintah. Dalam
prakteknya Liberalisme dapat menjadi pemulus jalan para pemilik
kapital dalam tatanan masyarakat Kapitalisme. Karena masyarakat
kapital yang sudah menguasai alat produksi akan semakin menjadi-jadi
pada kondisi dimana negara aksesnya diminimalisir dan pasar bebas
menjadi tujuannya.
Selain
sedikit yang penulis jabarkan di atas, masih ada lagi ideologi yang
pernah muncul di dunia ini. Seperti Fasisme, Feminisme, Marhaenisme,
dan isme-isme yang lain. Kelak, Anda pun juga bisa menciptakan
ideologi.
Ideologi-ideologi
di atas lahir dari hasil pengamatan seseorang atas kondisi masyarakat
yang ada. Seorang individu menilai ada yang janggal dengan kondisi
masyarakat. Maka, ia pun merumuskan idealita atas realita yang.
Idealita ini kelak akan disebut dengan Ideologi.
Untuk
itu ideologi menjadi penting untuk kaum-kaum yang bergerak dalam
aktivis perubahan sosial, salah satunya mahasiswa.
Untuk
Apa Ideologi bagi Aktivis Persma?
Sudah
dapat kita pahami di atas, ideologi adalah dasar manusia untuk
bergerak. Untuk itu jika kita kontekskan dengan keberadaan mahasiswa,
bagaimana kedudukan ideologi pada sebuah jatidiri mahasiswa? Tentunya
kawan-kawan sekalian ketika mengikuti kegiatan ospek
fakultas/universitas pernah dengan mendengar penyataan ini; mahasiswa
sebagai agent
of change, iron stock, social control. Bahasa
gampangnya, mahasiswa merupakan agen perubahan dan kontrol sosial
bagi kondisi masyarakat yang ada.
Maka
untuk memenuhi tanggungjawab kawan-kawan sebagai mahasiswa di atas,
diperlukan apa yang namakan ideologi. Karena, untuk membuat suatu
perubahan bukankah mesti paham apa yang perlu diubah? Untuk
mengkritik bahwa itu salah bukankah mesti tahu lebih dahulu apa itu
benar? Untuk mengontrol kondisi masyarakat bukankah mesti punya alat
untuk mengontrol?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas akan selesai jika kita memiliki ideologi. Lantas, bagaimana
peran ideologi terhadap mahasiswa yang bergiat di dunia aktivis pers
mahasiswa (persma)?
Pada
dasarnya tanggungjawab aktivis persma dengan aktivis mahasiswa
lainnya sama. Mereka ada untuk memenuhi tanggungjawab mahasiswa
seperti yang saya sebutkan di atas. Namun tentunya untuk mewujudkan
tanggungjawab tersebut diperlukan gerakan yang memposisikan budaya
intelektual sebagai dasarnya.
Apa
itu budaya intelektual? Saya membahasakan budaya inteletual dengan
mengejawantahkan menjadi 3 hal; Membaca, Diskusi, dan Berkarya. Hal
pertama yakni, membaca. Membaca di sini bukan saja membaca buku saja,
tapi juga membaca kondisi sosial. Dengan membaca, ilmu yang berisi
ideologi-ideologi akan masuk pada pemikiran mahasiswa. Otomatis poin
pertama ini sangat penting dan menjadi kunci poin selanjutnya.
Kedua
adalah diskusi. Diskusi adalah sarana dalam mengkomunikasikan
ideologi atau pemikiran kita. Dengan diskusi aktivis mahasiswa
dituntut untuk objektif. Adil sejak dalam pikiran jika kata Pramoedya
Ananta Toer. Aktivitas diskusi dalam persma merupakan sarana
menyampaikan gagasan sebelum diputuskan menjadi tema produk
jurnalistik seperti majalah, buku, dan online.
Karena dalam produk jurnalistik itu memuat karya aktivis persma dari
tulisan, foto, ilustrasi, dan lain sebagainya. Karya inilah sebagai
suatu aksi untuk merealisasikan pemikiran/ideologi dari aktivis
Persma.
Poin
terakhir adalah berkarya. Barusan penulis sudah mengatakan jika karya
adalah wujud kongkrit dari sebuah ideologi. Di sini penulis ingin
menegaskan bahwa karya aktivis persma seperti tulisan, foto,
ilustrasi, dll tidak lepas dari ideologi orang yang bersangkutan.
Karya persma tidak saja mengandalkan kualitas teknik, tapi juga
mengutamakan makna dari karyanya. Untuk itu, sebelum berkarya,
aktivis persma diwajibkan melalui proses berwacana atau berideologi.
Karena ini penting sebagai dasar kawan-kawan dalam menciptakan suatu
karya. Bukankah aneh jika tidak punya ideologi tapi sudah berkarya,
mau buat karya apa kita?
Untuk
itu peran ideologi menjadi sangat penting dalam persma. Penulis
membahasakan ideologi adalah nafas bagi persma. Proses intelektual di
atas contohnya berdiskusi bisa dinamakan proses bernafas bagi persma.
Oleh karena itu jika diskusi dan daya baca persma tidak lancar,
persma akan susah dalam bernafas. Lama kelamaan jika nafas ini
semakin susah, persma akan mati (baca: tidak bisa berkarya).
Lantas
apa ideologi dari persma itu?
Jika
kita mengacu pada buku 9
Elemen Jurnalisme
karya Bil Kovach dan Tom Rosenstiel bisa kita baca mau kemana
orientasi persma. Persma harus mampu menyuarakan suara masyarakat
yang tertindas. Masyarakat yang tidak mampu menyuarakan
kepentingannya. Untuk itu persma mesti mampu menangkap permasalahan
yang sedang menindas masyarakat dengan ideologi awak di dalamnya. Dan
untuk memaknai seperti apa masyarakat yang tertindas itu, masyarakat
yang mana? Buruh, petani atau sebagainya? Persma memberi ruang sdm di
dalamnya untuk mengkomunikasikan setiap pemaknaan masyarakat
tertindas versi mereka. Mau dikupas dari sisi Marhaenisme, Marxisme,
Islamisme silakan. Persma membebaskan itu. Dan kebebasan ruang untuk
mengkomunikasikan ini lah yang menjadi nilai tawar aktivis persma
dibanding aktivis lainnya. Dengan budaya kebebasan berpendapat,
berpikir, berideologi di atas harapannya persma mampu mencetak
masyarakat dengan tingkat objetivitas intelektual yang tinggi. Mau
menerima berbeda pendapat, mengkomunikasikan argumen dengan riset,
dan mengkonversikan pendapat mereka dengan karya.
Selain
itu proses berideologi dan berkarya di persma menjadikan organisasi
ini sebagai tempat yang pas untuk menghubungkan konsen studi di
setiap jurusan dalam kampus dengan kondisi realitas masyarakat.
Kenapa harus dihubungkan? Karena kita harus memaknai bahwa
ideologi/ilmu/wacana yang berkembang di kampus harus mampu menjawab
persoalan masyarakat. Dan persma menjanjikan itu dengan
ideologisasinya dan karyanya.
Jadi,
sudahkah kawan-kawan memahami kenapa harus berideologi? Dan sudahkah
memahami untuk apa ideologi dalam aktivitas kalian sebagai aktivis
persma dan masyarakat nanti? []
*Disampaikan
dalam materi Pengantar Ideologi In House Training (IHT) LPM HIMMAH
UII 2015
**Pemimpin
Umum LPM HIMMAH UII 2013-2015. Mahasiswa jurusan Teknik Informatika
UII 2010. Selama beraktivitas di HIMMAH, banyak mendapatkan pandangan
bagaimana menghubungan dunia informatika/teknologi dengan kondisi
masyarakat melalui aktivitas jurnalistik. Saat ini menjadi Programmer
di Geek Garden Software House dan Redaktur Pelaksana Media Kooperasi
Literasi.co.
Referensi:
1.
Newman, Michael. 2006. Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif Atas
Neoliberalisme. Yogyakarta: Resist Book.
2.
Sayyid Santoso Kristeva, Nur. 2015. Manifesto Wacana Kiri: Membentuk
Solidaritas Organik Agitas dan Propaganda Wacana Kiri untuk Kader
Inti Ideologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3.
Rodinson, Maxime. 1982. Islam dan Kapitalisme. Bandung: IQRA.
4.
Hiqmah, Nor. 2011. Pertarungan Islam & Komunisme Melawan
Kapitalisme “ Teologi Pembebasan Kyai Kiri Haji Misbach. Malang:
Madani.
5.
Prasetyo, Eko. Bangkitkah Gerakan Mahasiswa. Yogyakarta: Resist Book.