Aksi
solidaritas untuk Rembang dan Urutsewu juga hadir di Purwokerto. Adalah No Name
No Flag yang Minggu (12/04) pagi mengadakan aksi damai di alun-alun Purwokerto.
Aksi ini sebelumnya diawali dengan kegiatan mengayuh sepeda dari patung Jendral
Sudirman Unsoed hingga alun-alun. Sesampainya di alun-alun dilanjurkan dengan
berorasi berisi ajakan kepada penguna jalan.
Dalam
selebaran aksinya dikatakan bahwa aksi tersebut ada dalam rangka menyambut Hari
Bumi yang jatuh pada 22 April nanti. Sedikit merefleksikan Hari Bumi, mereka
menilai masih saja eksploitasi terjadi di bumi, contohnya di Rembang dan
Kebumen.
Di
Rembang contohnya, dalam selebarannya mereka memaparkan pegunungan kendeng yang
merupakan wilayah karst sebentar lagi akan diubah menjadi pabrik semen. Padahal
pegunungan kendeng mempunyai fungsi melakukan penyimpanan air yang nantinya
digunakan untuk pengairan sawah di sekitar kendeng. Bila seluruh pegunungan kendeng
dirubah menjadi pabrik semen dikhawatirkan desa-desa sekitar akan kehilangan
pasokan air bersih.
Tidak
hanya di Rembang, di Urutsewu Kab. Kebumen terjadi konflik lahan antara warga
dan TNI. Lahan di sana banyak diklaim oleh TNI dan beberapa kelompok untuk
dijadikan lahan bisnis. Kondisi ini terbukti dengan adanya izin penambangan
pasir besi kepada PT. MNC dan pungutan terhadap petani di kawasan pesisir
urutsewu.
No
Name No Flag sendiri perkumpulan yang dibentuk dengan tujuan menghilangkan
sentimen organ, itu lah kenapa diberi No Name No Flag yang mempunyai arti Tanpa
Nama dan Tanpa Bendera. Mohommad Setiawan, salah satu anggota perkumpulan ini
mengatakan sebenarnya banyak komunitas yang gabung jika ada suatu aliansi di
Purwokerto, hanya saja karena ada sentimen bendera menjadikan ada rasa canggung
untuk ikut. Sebelumnya No Name No Flag juga turut serta dalam aksi tentang isu
pilkada. “No Name No Flage sendiri lebih cair
dan merangkul semuanya. Ini dibuktikan waktu aksi pilkada berbagai komunitas
seni ikut terjun bergabung dalam aksi tersebut. Dan perlu di garis bawahi kita
tidak hanya konsen pada isu pilkada saja, harapanya dapat menanggapi berbagai
permasalahan salah satunya tentang Rembang dan Urutsewu,” tutur Wawan,
panggilannya.
Selain aksi untuk isu
pilkada, mereka juga beberapa kali mebuat kegiatan seperti panggung budaya
menyikapi permasalahan ekologi, gowes
sepeda dan demo untuk solidaritas
Rembang. Rencananya pada tanggal 16 mereka mau turut serta di urut sewu untuk
memperingati 12 petani yang ditembak TNI. Dan ketika sidang putusan petani
Rembang di PTUN Semarang beberapa dari anggota mereka rencana akan datang
kesana. “Kalau kegiatan untuk Hari Bumi selanjutnya akan dilanjut karnaval
dengan mengkampanyekan hari bumi dengan tema agraria, serta ada panggung seni
buat kumpulnya komunitas yang diisi musik, pemutaran film, diskusi dan
stand-stand komunitas,” tukas Wawan.