Friday 19 August 2011

Fasilitas Olahraga Yang Terpinggirkan

“Dibanding universitas lain sudah tidak layak tapi dari pada tidak ada yang lain, keluh Akhmad Fauzi Nugroho, ketua UKM Basket Informatika menanggapi salah satu fasilitas olahraga yang berada di UII.

Oleh Moch. Ari Nasichuddin
Fasilitas olahraga di UII selaku media penyalur minat dan bakat mahasiswa di bidang olahraga mengalami kondisi yang memperihatinkan. Contohnya lapangan sepak bola yang berada di selatan D3 Ekonomi UII. Abdul Jamil selaku manager Persatuan Sepakbola (PS) UII mengeluhkan tentang lapangan sepak bola UII, diantaranya rumput tidak rata, berbatu, dan lapangan yang keras. Menurut Jamil rusaknya lapangan sepakbola dikarenakan penggunaan lapangan tersebut untuk parkir mobil ketika ada wisuda. Penyebab lainnya yaitu tidak adanya tenaga perawat lapangan dan rasa memiliki mahasiswa terhadap fasilitas UII. 

Jamil sudah berkali–kali mengajurkan pemugaran lapangan bola. “Saya sudah lama sampaikan tentang pemugaran lapangan sepak bola pada saat kepengurusan rektor yang lama. Waktu itu zaman rektornya pak Lutfi Hasan yang sekarang menjabat sebagai ketua badan wakaf menyanggupi. Zaman Warek (Wakil Rektor, red) yang lama yaitu pak Bachnas  juga sama beliau menyanggupinya,” akunya. Tidak hanya sampai disitu, Jamil  turut menyampaikan hal ini ke badan wakaf yang saat itu dipimpin Safarrudin Alwi tetapi masih belum terealisasi juga. “Ya mungkin lupa ya, imbuhnya. Menurut pemikiran Jamil pembuatan GOR oleh UII merupakan penyebab lapangan bola menjadi terlupakan, akhirnya ia pun masih sering mengingatkan mereka.
Dari pantauan awak KOBARkobari  lapangan tenis  dan dinding panjat yang dimiliki oleh UII juga mengalami kerusakan yang cukup serius. Papan–papan yang tertempel di dinding panjat sudah banyak yang lapuk dan berjatuhan kebawah. Begitu pula besinya juga sudah banyak yang berkarat.
Rahmat Hidayat dan A. Arif Rahmardani dari Mapala Unisi sempat mengeluhkan akan dinding pemanjat milik lembaga mereka yang dibangun sejak 2001. “Waktu itu dibangun dari papan, yang kira-kira dapat bertahan 2 sampai 3 tahun. Sempat diperbaiki tetapi tidak tahan dengan panas dan hujan maka menjadi rusak,” ujar Rahmat. Menurutnya lagi dahulu di kampus UII yang terletak di jalan Cikditro memiliki dinding panjat namun sudah dijual karena itu diganti dengan dinding panjat yang sekarang berada di kampus terpadu.
Setiap periodesasi selalu saja terbahas oleh pihak mapala mengenai dinding panjat ini dan pengajuan pun telah dilakukan ke rektorat maupun warek sejak 2008. “Kami sudah minta ke pak Bachnas tapi jawabannya ‘sabar’. Terakhir kita minta pasca merapi tetapi jawabannya sama,” ungkap A. Arif Rahmadani yang akrab disapa Dani. Dikalkulasikan butuh dana 150 juta untuk mengganti papan dengan bahan fiber karena bahan tersebut dapat bertahan lama. Dana pun diajukan pada 2008 namun yang di sanggupi oleh rektorat sebesar 15 juta dengan alasan bertahap. Rektorat, menurut Dani, bersedia memperbaiki dinding panjat asalkan kantor mereka yang berada di UII Cikditiro dipindah ke kampus atas.  
Usaha mencari sponsor telah dilakukan. Pernah mereka mendapatkan sponsor rokok, namun pihak sponsor memberi syarat agar pohon ditebang, Mapala pun tidak menyanggupi.  Disamping itu mereka kembali mengajukan sponsor diluar rokok dan terhalang kembali dengan alasan dinding panjat yang letaknya tidak strategis.
Untuk perawatan kesearian dinding tidak ada, mapala hanya melakukan pemotongan rumput apabila telah memanjang. Sedangkan pihak UII menfasilitasi sepenuhnya dengan dana dan juga bantuan pengecatan. Akibat dari kurang terawatnya dinding pun sangat dirasakan oleh Mapala. Mereka cukup kesulitan jika ingin berkegiatan. “Efeknya teman–teman yang akan berkegiatan harus ke universitas lain. Yang paling dekat UGM, UIN, kadang juga di jembatan babarsari,” kata Rahmat. Harapannya sendiri dari Mapala agar dinding panjat tersebut cepat di bangun. Bagaimana caranya kita bisa berkegiatan dikampus. Biar mahasiswa lain melihat mapala ada aktivitas,angan Dani.
Akhmad Fauzi Nugroho, selaku ketua UKM Basket Informatika selama ini sering melakukan latihan di GOR kepunyaan UII. Ia mengatakan bahwa ring basket yang berada di GOR tidak terstandard serta garis lapangan yang kurang jelas. “Dibanding universitas lain sudah tidak layak tapi dari pada tidak ada yang lain,keluhnya. Tidak hanya sampai disitu ia mengungkapkan atap GOR tersebut memiliki sekitar 3 titik kebocoran dan hingga saat ini belum diperbaiki. Kerusakan ini sudah lama terjadi namun Fauzi belum sempat mengajukan keluhannya. Selama ini ia belum pernah melihat pengelola meperbaikinya, hanya apabila akan ada acara GOR diperbaiki meskipun bukan dari pengelola melainkan penyelenggara acara.
Dampak pun dirasakan oleh Fauzi. Dengan kurang terstandardnya ring basket maka apabila mengikuti lomba di luar UII, dirinya beserta teman-teman tidak terbiasa dikarenakan ring di tempat perlombaan telah terstandard. “Yang paling mengganggu jika atapnya bocor kita menjadi tidak bisa lari. Sudah bilang satpam tapi katanya belum diperbaiki dengan pengelolanya,” Ujar Fauzi. Selain itu penghidupan genset di gedung yang memakan waktu satu jam demi menghubungi orang yang memegang kunci genset pun dikeluhkan olehnya. Selama ini pihak pengelola belum pernah memberikan sosialisasi langsung mengenai peraturan yang ada hanya selebaran yang ditempelkan di dinding, tetapi ini belum cukup maksimal menurut Fauzi.

Apa kata mereka?
Dalam ranah kerja pengaturan fasilitas olahraga ini telah dibagi-bagi sendiri. Apabila dana yang dibutuhkan kurang dari dua juta merupakan wewenang rektorat sedangkan apabila lebih dari itu menjadi tangggungan KPTBI. Tugas dari direktorat Sarana dan Prasarana yaitu menawar dan berbelanja sedangkan penggunaan lebih ke rektorat. Namun perawatan yang dianggarkan lebih dari dua juta masih ditanggung oleh KPTBI.
Mengenai prosedur pengajuan sendiri harus melalui wakil rektor 3 dilanjutkan ke wakil rektor 2, setelah itu wakil rektor 2 memberikan surat deposisi ke direktur Sarana dan Prasarana.
Mengenai lapang sepakbola, Bachnas, selaku Wakil Rektor 3 mengakui masih belum memenuhi standard untuk sementara karena lapangan yang terdiri tanah pasir sehingga untuk aktifitas olahraga sangat sukar. Kedepannya lapangan sepakbola yang memenuhi standard akan dibangun sesuai rancangan utama yang dimiliki oleh UII. Menurut Bachnas tidak sedikit dana yang dibutuhkan untuk membuat lapangan sepakbola sehingga ini merupakan lapangan sepak bola sementara yang semula direncanakan untuk gedung fakultas ekonomi. Sedangkan perihal pengajuan dinding panjat Mapala sejak tahun 2008 Bachnas belum menerima mengingat Bachnas menjabat wakil rektor 3 baru pada tahun 2010.
Dirinya menyatakan pelan–pelan meningkatkan sarana prasarana. Usul pun dapat diberikan kepadanya, misalkan dari bawah yakni lembaga mahasiswa. Setelahnya akan dilihat hal itu merupakan tanggung jawab rektorat atau bukan. Ada kompromi ini masuk kewenangan yang mana, tetapi kalau dana tidak ada mau bagaimana?” ujar Bachnas. Bachnas menambahkan bahwa segala aktivitas tidak lepas dari dana yang pengelolaannya pada Wakil rektor 2. Ia mengingatkan bahwa UII merupakan perguruan tinggi swasta yang hidup atas dana sendiri. Selama ini universitas telah membantu dukungan khusus berupa uang untuk pelatih.
Bachnas tetap optimis meskipun fasilitas olahraga UII kurang terstandard, mahasiswa masih semangat untuk berprestasi. Mahasiswa telah didorong pada bagian akademik serta bagian non akademik ungkapnya.
Jarfan Munajib, Kepala Divisi Pemeliharaan dan Inventaris, mengungkapkan bahwa pihaknya hanya mengurusi GOR dan Lapangan Tenis. Lapangan bola merupakan urusan KPTBI. Oleh mereka lapangan Tenis dahulu sempat dipasangi lampu namun telah hilang. Pertimbangan selanjutnya tidak ada orang yang menggunakan lapangan pada malam hari meskipun dipasang kembali serta watt lampu tersebut tinggi yang mengurungkan niat mereka. Jarfan juga mengeluhkan pintu kamar mandi di lapangan tenis yang sudah hilang 2 kali. Maka untuk keamanan pintu kamar mandi itu digembok. Namun jika ada permintaan peminjaman kuncinya akan diberikan. Selama ini ia mengakui adanya sistem peminjaman lapangan tenis yang tidak berprosedur namun hal itu sudah ditindak lanjuti.
Sedangkan keluhan genset pada GOR UII sendiri Jarfan mengakui mengakui terganjal dengan tidak kecilnya dana pengadaan genset. Kemudian apabila diadakan mushola di dalam GOR sendiri ia akui masih mencari segi keefektifannya. Ditakutkan mushola akan sepi dan tidak ada yang menjaga. Sedangkan untuk pengecatan tembok GOR dan pengadaan pos satpam masih diusulkan. Dirinya menganalisa penyebab kurang terawatnya berbagai fasilitas olahraga ini antara lain dikarenakan minimnya dana perawatan. Untuk mengalokasikan dana ada skala prioritasnya ujarnya. Ia berharap mahasiswa mampu berperan serta untuk merawat fasilitas olahraga ini.
 Ilman Noor, Kepala Kantor Pengelolaan Tanah, Bangunan, Inventaris (KPTBI), mengungkapkan, organisasi ini berada dibawah naungan yayasan Badan wakaf yang bertugas memelihara dan memperbaiki fasilitas kampus. Tidak tangung-tanggung perbaikannya sendiri untuk kerusakan yang fatal serta pembangunan yang sifatnya umum atau besar. “Kita yang membangun mereka (rektorat) yang memelihara,” tambahnya. Anggaran KPTBI sendiri diperoleh dari Badan Wakaf.
Ilman merasa pihaknya belum menerima pengajuan pengadaan rumput bagi lapangan sepakbola yang berada di selatan D3 Ekonomi. Hal ini harus diajukan terlebih dahulu ungkapnya karena biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, yakni mencapai 150 juta. “Pengembangan yang membutuhkan dana besar harus disetujui pengurus melalui pleno,” ujar Ilman. Universitas, ujarnya, sampai saat ini belum pernah mengajukan perbaikan lapangan sepak bola. Universitas pernah sekali mengajukan anggaran namun berada di tengah periode. Sedangkan pengajuan anggaran ditengah periode itu tidak bisa.
Pemeliharaan GOR sendiri menurut Ilman, KPTBI tidak mengurusi yang berada di dalam GOR, layaknya keramik dan cat. Itu merupakan urusan unit elaknya. Namun seperti cat bagian luar KPTBI lah yang mengurusinya. Ilman mengatakan pemeliharaan seperti mengganti atap seluruh GOR mengahabiskan dana  300 hingga 400 juta. Dirinya menambahkan untuk pengecatan GOR periodenya 10 tahun dan sudah dijadwalkan. Hingga sekarang belum pernah dilakukan ulang ujarnya, sedangkan atap GOR telah diganti sepertiganya. Perihal pengadaan genset di GOR Ilman menyarankan agar melakukan pengajuan. Genset sendiri selama ini menumpang di FTI dan petugas yang menunggui genset bekerja sejak jam 4 sore sampai jam 7 pagi. Mengenai keluhan Fauzi soal penghidupan genset apabila dibutuhkan Ilman mengatakan harus ada koordinasi antara pengguna GOR dengan pemegang kunci genset. Sedangkan mengenai pengajuan dinding panjat Mapala sendiri Ilman mengaku belum menerima pengajuanya.
Ilman juga mengungkapkan kurangnya perawatan fasilitas olahraga di UII karena terbatasnya dana perawatan yang dimiliki badan wakaf. Untuk menyikapi kurangnya dana tersebut Badan Wakaf mensiasatinya dengan mendahulukan yang wajib dulu seperti melengkapi ruang kuliah, keamanan. Untuk tahun ini KPTBI lebih memprioritaskan keamanan.Misalkan jika pengadaan rumput menghabiskan dana 150 juta dan mengganti atap GOR menghabiskan dana 150 juta juga, tidak mungkin itu dilakukan semuanya, maka harus ada yang diprioritaskan,” tambah Ilman.  Ilman menyarankan agar setiap unit mengajukan dana sejak awal dan telah direncanakan rencana. Mekanisme pengajuannya, pihak unit mengajukan proposal ke badan wakaf pada setiap periode untuk dirapatkan pada rapat pleno.
Ari Rudatin, direktur Direktorat Sarana dan Prasarana berujar bahwa belum menerima pengajuan akan permohonan pemugaran ring basket yang yang terletak di GOR. Ari menyarankan untuk mengajukan terlebih dahulu. “Buat surat pengajuan yang dengan ukuran standard yang detail. Nanti kita saat membeli, kami mengajak  orang yang tahu ring standard seperti apa,tutur Ari.
Ari membeberkan bahwa pihaknya telah membeli net untuk lapangan tenis. Ia memaklumi selama ini KPTBI kekurangan tenaga dalam menangani fasilitas yang di UII khususnya bidang olahraga. Maka dia maklum jika lapangan tenis masih belum tersentuh benar soal penanganan. Ia pun tidak sungkan mengatakan bahwa apabila lapangan tenis tidak ada tenaga maka, pihaknya meminta tenaga dari KPTBI. Sedangkan perihal dinding panjat yang dipunyai Mapala, mereka belum pernah terima pengajuan dari mereka.
Dari fasilitas GOR sendiri menurut pengakuan Sanarwi Kepala Urusan Rumah Tangga Rektorat, dirinya telah menerima keluhan kurangnya lampu dan garis lapangan yang kurang jelas di GOR namun masih belum terealisasi. Sekitar bulan april mereka terima keluhan tersebut. Perihal ring basket sudah diperbaiki ungkapnya namun mengalami kerusakan lagi. Dirinya mengklaim bahwa apabila sudah jadwal memotong rumput maka dilakukan pemotongan rumput. “Rektorat kurang tanggap tentang fasilitas tv dan mesin potong. Dan selama ini listrik masih ikut FTI,ujar Narwi. Coretan–coretan yang ada di tembok pun sudah dilakukan pencegahan melalui himbauan–himbauan yang tertempel di tembok, meskipun begitu coretan masih ada.

No comments:

Post a Comment