Friday 19 August 2011

Sebagian Keluarga Mahasiswa (KM) UII Memetik Untung


KM UII ialah sebutan untuk sistem pemerintahan mahasiswa di UII. Sebagian dari KM UII ikut mendirikan stand atribut. Keberadaan stand atribut yang tak pernah absen dari acara Pesona Ta’aruf (Pesta) dimanfaatkan untuk meraup keuntungan, demi tujuan yang berbeda–beda. Kali ini, apa saja tujuan mereka?

Oleh Moch. Ari Nasichuddin

Sama halnya dengan Pesta tahun lalu, Pesta tahun ini juga diramaikan dengan orang-orang yang membagi-bagikan selebaran cocard. Selebaran cocard itu berisi tawaran jasa pembuatan cocard. Para penyebar selebaran cocard sudah datang sejak kuliah perdana belum dimulai. Mereka datang sedini itu dengan maksud membagikan selebaran untuk Maba (Mahasiswa Baru) dan Miba (Mahasiswi Baru). 

Di sebelah utara Masjid Ulil Albab, kami menemui Guruh Ghifar Zalzalah, salah seorang pembagi selebaran. Guruh mengungkapkan, tujuannya membagikan selebaran cocard kepada maba-miba ialah untuk membantu maba-miba yang malas membuat cocard. Keuntungan hasil penjualan cocard nantinya dialokasikan untuk tambahan dana malam keakraban (makrab) Jurusan Manajemen.
Guruh berkata, sejauh ini antusiasme maba-miba untuk memesan cocard di standnya masih biasa saja. Padahal dia menetapkan harga yang tidak menyaingi stand-stand lain, karena setiap stand sudah punya patokan harga sendiri - sendiri.
“Kami mempersiapkan (stand ini) selama 2 minggu. Sejauh ini tidak tahu ada izin atau nggak, kalau digusur ya pindah”, kata Guruh. Informasi tentang atribut yang digunakan saat Pesta didapatkan Guruh dari temannya yang menjadi maba. Guruh baru mengerjakan atribut Pesta jika sudah ada maba yang memesan. Bicara soal modal, Guruh dan teman – temannya tidak melakukan perhitungan tersendiri. “Dana untuk modal kami dapat dari iuran pribadi teman – teman, Mas . .” tambahnya.
Lain Guruh lain pula dengan Nanda Kirana, mahasiswa Ilmu Hukum 2010 yang juga anggota MB (Marching Band). Tujuan Nanda menerima pemesanan atribut Pesta ialah untuk menambah dana kas MB, sekaligus mempromosikan MB kepada maba-miba. “Ada program kerja tambahan dari MB untuk mencari dana, untuk dijadikan tambahan membiayai kejuaraan”, ujar Nanda. 
            Ketua MB, Galih Cahya Purnama membenarkan hal tersebut, Menurutnya, menjual atribut menjadi salah satu kegiatan untuk menggalang dana.Kegiatan itu juga bermaksud untuk mempromosikan MB. ” Setiap tahun kami memang ada “, ujarnya.
Mengenai harga cocard, stand MB mematok harga 80 ribu untuk 2 hari. “Antusiame dari maba cukup besar. Tapi kami menyediakan sebisa kami, kalau sudah tidak kuat ya kami tolak “, ucap Galih. Ketika ditanya soal perizinan, Galih mengaku tidak ada izin untuk mendirikan stand.
Ada juga Ratih Surya, mahasiswa Jurusan Arsitek 2010. Ratih mengaku membagikan selebaran pembuatan cocard hanya berangkat dari pribadi dan teman – temannya, tidak berangkat dari organisasi atau perkumpulan manapun. Oleh karena itu, Ratih baru menyiapkannya sehari sebelum Pesta. “Tenaganya dari teman – teman sendiri, kami tidak mau mematok harga terlalu mahal,” tutur Ratih. Ratih juga mengaku kalau ia belum mengetahui apa saja atribut Pesta kali ini.
Senada dengan Guruh, dalam hal pemesanan Ratih tidak menyiapkan atribut terlebih dahulu, tapi menunggu ada yang memesan. Keuntungan hasil penjualan cocard itu nantinya akan dimanfaatkan sendiri oleh Ratih dan teman–temannya. Ratih juga mengatakan bahwa ia tidak tahu-manahu soal perizinan membuka stand.  
Sementara itu, M. Khairur Raziq, salah seorang awak stand Teknis Sipil mengaku sudah mendapat izin dari Bachnas, Wakil Rektor 3 UII. Namun, setelah kami konfirmasi melalui telepon, Bachnas mengaku tidak pernah merasa memberi izin. Tapi Bachnas menyerahkan perihal peminjaman tempat kepada Direktorat Sarana dan Prasarana.
Soal selebaran cocard, Bambanghartoyo selaku Komisi B Steering Committee (SC) Kepanitiaan Pesta 2011 , mengaku sudah berunding dengan LK (Lembaga Khusus). Tidak dapat dipungkiri, rata-rata penjual cocard berasal dari jurusan yang ada di bawah naungan KM UII. “Jadi seharusnya yang bertindak itu KM”, imbuh Bambang.
Mengenai legalitas stand, Bambang berkata panitia tidak bisa  melegalkan ataupun melarangnya. Tentang adanya maba yang tertipu, Bambang menuturkan itu bukan ranah panitia. Agar tidak terjadi penipuan semacam itu, panitia sudah memberi solusi dengan mengonsepkan atribut yang simpel. Melalui atribut yang simpel diharapkan mahasiswa baru dapat membuatnya sendiri.
Pernah panitia mempunyai usulan untuk mengelompokan semua stand pencari dana makrab pada satu stand. Tetapi usul itu tidak direalisasikan karena melekatkan kesan komersil pada panitia.
Bagaimana komentar maba-miba tentang selebaran cocard ini? Bagas Dwi Waskita,  maba Jurusan Teknik Industri menyatakan, selebaran cocard sangat membantu dirinya dalam menyiapkan bahan – bahan pesta. Begitu juga dengan Ria Anggraeni miba jurusan Teknik Sipil. Dia bekomentar, jika ada yang gampang mengapa harus mencari yang sulit. “Dari temanku, aku sudah tahu kalau nantinya disuruh bikin cocard. Namun, sejauh ini saya belum pesen”, ujar miba asal Kalimantan itu.
Orang tua maba bernama Maryani juga melontarkan pendapatnya. Adanya selebaran cocard itu sangat membantu dirinya dan anaknya.  “Kalau pengen tidak repot ya kami beli saja. Mengingat kami orang jauh yang tidak tahu jalan, jadi sangat membantu,” ungkapnya. Mengenai mahal atau tidaknya harga, orang tua Maryani tidak dapat berkomentar apapun. Mengingat dia juga belum tahu bahan–bahan apa saja yang dibawa saat pesta nanti.

No comments:

Post a Comment